Solo, Jawa Tengah (17/5/2025), Bagi anda yang ingin menelusuri jejak sejarah pers di Indonesia, Monumen Pers Nasional bisa menjadi pilihan wisata edukatif yang menarik, yang berada di Jalan Gajah Mada Nomor 59, Banjarsari, Surakarta, monumen ini menyimpan cerita panjang tentang perjalanan dunia jurnalistik di Tanah Air.

“Monumen ini bukan sekadar bangunan, tapi tempat belajar sejarah pers Indonesia. Banyak pengunjung, terutama anak muda, datang ke sini untuk mengenal lebih dekat perkembangan dunia jurnalistik sejak zaman dulu”, ujar Danang (30), staf penjaga lobi yang bekerja di museum. Ia menambahkan bahwa usia bangunan ini pun tak kalah menarik untuk diketahui.

Bangunan Monumen Pers Nasional awalnya didirikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII pada tahun 1917 dan selesai dibangun pada 1918. Namun, monumen ini baru diresmikan sebagai Monumen Pers Nasional pada 9 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto. Tanggal tersebut kemudian juga diperingati sebagai Hari Pers Nasional setiap tahunnya.

Beberapa momen penting turut mewarnai sejarah monumen ini, salah satunya renovasi bangunan pada tahun 1920 bertepatan dengan pernikahan Mangkunegara VII. Renovasi besar juga dilakukan menjelang peresmian pada tahun 1978. Kini, setiap tanggal 9 Februari, Monumen Pers selalu menjadi pusat peringatan Hari Pers Nasional dengan berbagai kegiatan yang diadakan untuk umum.

Tak hanya menjadi tempat bersejarah, Monumen Pers juga sarat akan edukasi. Pengunjung bisa melihat langsung berbagai koleksi unik seperti radio tua yang dulunya sempat ingin dihancurkan oleh pihak Belanda namun berhasil diselamatkan, mesin ketik kuno, kamera, pemancar radio, surat kabar dan majalah zaman dulu, hingga memorabilia tokoh-tokoh pers nasional. Semua koleksi tersebut menggambarkan perjuangan insan pers dalam menyuarakan kebenaran di tengah berbagai keterbatasan teknologi dan tekanan zaman.

“Harapan kami, monumen ini bisa jadi tempat belajar bagi generasi muda agar mereka tahu bagaimana perjuangan insan pers dulu dan betapa pentingnya kebebasan pers dalam kehidupan berbangsa”, ujar Danang.

Monumen Pers Nasional bukan sekadar tempat menyimpan barang-barang lama, tetapi juga cagar budaya yang masih hidupmenjadi saksi bisu perjuangan jurnalisme Indonesia dan pelita edukasi bagi masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *