Sukoharjo (1/6/2025) –  Tersembunyi di sudut perkampungan Cemani, Sukoharjo, terdapat sebuah warung makan sederhana yang telah menjadi langganan warga sekitar dan pelanggan luar kota sejak tahun 2016. Pemilik Warung ini adalahIbu Lastri (54) seorang ibu rumah tangga, dikenal sebagai tempat makan yang menawarkan kelezatan masakan rumahan khas Jawa dengan harga yang sangat terjangkau.

Tidak banyak yang menyangka bahwa dari warung kecil sederhana ini, keluar aroma masakan yang menggugah selera sejak pagi hari. Warung Bu Lastri buka setiap hari, mulai dari pukul 05.30-21.00 WIB. Warung ini bukan hanya tempat makan, tapi juga menjadi tempat bercengkerama, tempat singgah para pekerja pagi, mahasiswa, dan juga pelanggan tetap yang tak pernah bosan dengan sajian khasnya.

Bu Lastri mengaku memulai usaha ini dari keinginan untuk membantu perekonomian keluarga. “Awalnya masak cuma buat tetangga dan pesanan kecil-kecilan, lama-lama alhamdulillah banyak yang suka, jadi terus berkembang sampai sekarang,” ujar Ibu Lestari.

Setiap harinya, Bu Lastri menyiapkan beragam menu tradisional Jawa yang dimasak sendiri dengan penuh ketelatenan. Mulai dari nasi soto, nasi oseng, nasi ayam, hingga nasi pecel, trancam, dan kudangan. Masakan yang disajikan bukan hanya enak, tapi juga menghadirkan rasa nostalgia—rasa rumahan yang hangat dan akrab di lidah.

“Masakan saya ini sederhana, tapi saya masak dari hati. Saya penginnya orang makan di sini itu kayak makan di rumah sendiri,” ujar Bu Lastri sambil meracik bumbu di dapur kecilnya.

Harga yang ditawarkan sangat terjangkau. Untuk nasi sayur hanya dibanderol Rp5.000, sementara paket lengkap berupa nasi kotak berisi ayam besar, sayur, buah, dan air minum dalam gelas dihargai Rp25.000. Meski murah, porsi dan rasanya tidak murahan. Semua menu dimasak dengan bahan segar yang dibeli langsung dari pasar tradisional setiap pagi.

“Yang penting itu pelanggan puas. Saya nggak mau masak asal-asalan. Meski murah, rasanya harus tetap enak,” kata Bu Lastri.

Selain melayani pelanggan harian, warung Bu Lastri juga menerima pesanan dalam jumlah besar, terutama untuk acara hajatan, pengajian, hingga rapat instansi. Ia pernah mendapatkan pesanan hingga 200 kotak sekali pesan, yang jika dirata-ratakan bisa menghasilkan omzet hingga Rp5.000.000 dalam sehari.

“Kalau pas rame, alhamdulillah bisa dapat sampai lima juta. Tapi kalau sepi, ya tetap bersyukur. Bersihnya kadang satu juta lima ratusan sebulan, itu juga udah alhamdulillah,” ungkapnya Ibu Lastri dengan penuh syukur.

Kunci keberhasilan warung ini bukan semata pada rasa masakan, tetapi juga karena pelayanan yang ramah dan penuh keikhlasan. Bu Lastri dikenal pelanggan sebagai sosok yang murah senyum, jujur, dan tidak pernah menolak permintaan pelanggan. Ia selalu berusaha mengakomodasi permintaan menu, jumlah porsi, dan anggaran yang dimiliki pelanggan.

“Pokoknya kalau konsumen pesan, insya Allah saya usahakan. Yang penting mereka puas,” ucapnya Ibu Lastri.

Meski tempatnya sederhana, warung Bu Lastri menghadirkan suasana hangat seperti di rumah sendiri. Tak jarang pelanggan datang bukan hanya untuk makan, tapi juga sekadar berbincang santai di bangku sambil menikmati teh hangat. Tempat ini seperti oase di tengah hiruk-pikuk Cemani yang semakin padat.

Bagi siapa pun yang sedang berada di kawasan Sukoharjo, warung Bu Lastri di Cemani adalah tempat yang wajib dicoba. Sebuah hidden gem sejati yang menyajikan lebih dari sekadar makanan—ia menyajikan cerita, perjuangan, dan cinta dalam setiap piring.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *