Solo (13/05/2025), Di kampung batik laweyan, pengunjung tak hanya melihat batik atau berburu batik, tetapi juga dapat mencicipi salah satu jajanan jadul yang tertulis di Serat Centhini, yang bernama Ledre. 

 Ledre merupakan salah satu makanan yang terserat dalam Serat Centhini, buku kuliner Jawa karya Wahjudi Panta Sunjata. Serat Centhini adalah naskah kuno Jawa yang ditulis pada waktu tahun 1814-1823. 

Dalam buku itu dijelaskan bahwa makanan ledre dulunya sebagai hidangan makanan waktu acara pesta pernikahan.

Seperti yang di katakan pak Susilo sebagai generasi warung ledre Laweyan itu.

“Ada buku zaman dulu, namanya buku Serat Centhini. Katanya raja Mangkunegaran sering pergi wisata kuliner.  Katanya Raja Mangkunegaran juga menuliskan setiap makanan yang baru di makan dalam buku itu  dan ternyata ada nama ledre.” ujar pak Susilo 

Setelah itu namanya menjadi Ledre Laweyan, nama Laweyan diambil karena tempatnya di kampung batik Laweyan, tepatnya di Jl.Setono No.158 RT 2 RW 2, Laweyan, Surakarta. 

Makanan legendaris ini terbuat dari ketan, kelapa parut, dan pisang. Pisang yang digunakan yaitu pisang raja. 

“Saya pernah mengganti dengan pisang lain tetapi rasanya beda agak berasa sepet-sepet, dan yang paling enak pisang raja, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan pisang raja saja” ujar pak Susilo.

Proses pembuatan makanan ini dengan cara memasak ketan yang sebelumnya sudah dikukus bersama dengan kelapa parut baru dimasak diwajan sampai menjadi intip setelah itu diberi topping seperti pisang, pisang coklat, pisang keju, pisang coklat keju.

 Namun ternyata memasak dengan cara ini sudah di inovasi oleh ibu Sri Martini, yang sebenarnya itu ketan mentah langsung di masak di wajan dengan air lalu dikasih toping sehingga ketannya akan masih ngletis. Kalo dimasak dengan cara yang modern ketan akan lebih pulen dan halus.

Ledre Laweyan ini rasa dan teksturnya sangat khas, tekstur luar yang crispy yang didalamnya lembut dan rasanya gurih bercampur manisnya topping disetiap gigitan.

Warung ini didirikan oleh Ibu Sri Martini pada tahun 1984, hingga sekarang warung itu diteruskan oleh generasi kedua yaitu pak Susilo sebagai anak dari ibu Sri Martini. Pak Susilo meneruskan warung itu mulai tahun 2019 setelah ibunya meninggal.

Warung itu buka setiap hari dari pukul 08.00-16.00, warung itu juga membuka layanan secara online lewat via Whatsapp , Grab Food, Gofood, Shopee food, tetapi untuk online setiap hari Minggu dan Sabtu ditutup dengan alasan biasanya ramai jadi mengantisipasi adanya pembeli yang tidak dilayani karena jarang bukak hp.

Menu dan harga di warung itu sangat ramah kantong, seperti Ledre Pisang harganya Rp 3.500. Ledre Pisang Coklat dan Ledre Pisang Keju harganya Rp 4.000. Ledre Pisang Keju Coklat Rp 4.500.

Pak Susilo juga mengatakan kalo makanan Ledre Laweyan ini sering menerima pesanan untuk luar kota sebagai oleh-oleh. Katering Lokal Solo dan sering Live Cooking di beberapa Hotel di Solo seperti di Hotel Alila dan beberapa acara pernikahan. Ledre Laweyan bisa di kirim ke luar kota.

“Dengan suhu normal bisa awet dalam 24 jam. Nanti kalau di vakum bisa awet sampai 2-3 hari. Kalau masuk bawah tanpa vakum awet sampai semingguan. Dan masuk freezer dengan divakum bisa awet 1 bulan lebih.” Ujar pak Susilo

Walaupun warung ini berada di gang sempit dan paling pojok. Namun, dapat dilihat di dalam postingan Instagram @ledre_laweyan terlihat para selebritis sedang menikmati jajanan jadul ini seperti Rafi Ahmad, Gading Marteen, Ariel Noah, Mahendra Desta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *