Pilang, Sragen (9/5/2025) – Di tengah derasnya arus trend fashion modern, dua bersaudara asal Pilang, Farhan Fikri (23) dan adiknya yang bernama Ridwan (18), membuktikan bahwa batik tidak pernah kehilangan pesonanya. Dengan semangat muda dan pendekatan digital, mereka mengusung batik sebagai bagian dari gaya hidup generasi sekarang. Farhan membesarkan nama brand Prabu Jaya, sementara Ridwan memimpin label batik miliknya sendiri, Batik Arganta.

Batik Arganta didirikan sejak masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020, Prabu Jaya hadir sebagai pelaku baru di industri fashion batik. Tanpa toko fisik, brand ini berkembang pesat melalui toko online seperti Shopee, TikTok, Tokopedia, dan Instagram, semua itu atas nama Batik Prabu Jaya.

“Kami ingin mengangkat batik sebagai warisan budaya yang bisa diterima generasi muda. Motif-motif batik itu kami desain lebih modern, namun tetap mempertahankan unsur tradisional” ujar Farhan selaku pemilik butik.

Saat membangun butik di rumah, Farhan tak sendiri. Sang adik yang bernama Ridwan, juga memulai langkah serupa dengan mendirikan butik yang bernama Batik Arganta, brand batik yang lebih menekankan eksplorasi warna dan kombinasi kontemporer. Meski membawa gaya dan pendekatan berbeda, keduanya saling mendukung dalam membesarkan nama batik Pilang di ranah digital.

“Kami punya visi yang sama, namun segmentasi pasar sedikit berbeda. Batik Arganta lebih berani bermain warna dan eksperimental. Namun secara prinsip, kami sama-sama ingin membawa nama batik naik kelas,” jelas Ridwan.

Kedua brand ini tumbuh berdampingan, saling belajar dan menguatkan. Bahkan, keduanya kerap berbagi tim produksi dan diskusi desain untuk saling melengkapi.

Prabu Jaya sendiri dikenal dengan motif-motif modern seperti Arjuna, Larasati, Dewata, Dewawangsa, dan Abimanyu. Meski berakar pada nilai budaya, seluruh desain diolah ulang dengan pendekatan visual yang kekinian. Kapasitas produksinya juga cukup besar, yaitu 600 potong baju per hari atau sekitar 15.000 hingga 16.000 potong per bulan.

Omset per bulan dari Prabu Jaya kini berada di kisaran 100 juta hingga 200 juta, angka yang menunjukkan tingginya antusiasme pasar terhadap batik modern, khususnya dari generasi muda.

Dalam menjaga kualitas, Farhan menekankan pentingnya kontrol produksi yang ketat. Seluruh proses, dari desain hingga pengemasan, diawasi langsung oleh tim internal. Meski sempat merencanakan membuka toko offline, saat ini batik Prabu Jaya dan Batik Arganta masih fokus mengembangkan jalur online karena trend pasar yang lebih mengarah ke digital.

“Kami ingin tumbuh pelan namun pasti. Fokus dulu memperkuat fondasi online sebelum ekspansi ke toko fisik,” ungkap Farhan.

Salah satu strategi menarik yang dilakukan oleh kedua brand ini adalah menggandeng seorang streamer lokal bernama Raka Wicaksono, yang juga berasal dari daerah yang sama. Raka menjalankan live streaming dengan sistem shift dua jam sekali sepanjang hari, menampilkan konten mulai dari fashion haul, review produk batik modern, hingga sesi diskusi soal budaya dan desain.

“Banyak anak muda sekarang lebih dekat dengan konten live. Saya ingin menjembatani mereka agar bisa melihat batik sebagai sesuatu yang keren dan bisa masuk ke dalam dunia keseharian mereka,” kata Raka.

Dengan komunitas pengikut yang loyal di TikTok Live, Raka membantu mempromosikan Prabu Jaya dan Batik Arganta secara interaktif. Ia bahkan mengenakan koleksi terbaru dari dua brand tersebut saat streaming, memberikan kode diskon eksklusif kepada penonton, dan menjawab pertanyaan soal bahan, model, hingga cara perawatan batik.

Kolaborasi ini terbukti efektif, terbukti dari lonjakan traffic dan penjualan setiap kali Raka melakukan sesi live review. Selain itu, pendekatan ini sekaligus menjadi sarana edukasi soal batik ke audiens muda yang selama ini mungkin belum terjangkau oleh metode promosi konvensional.

Kisah dua bersaudara ini adalah cerminan bagaimana generasi muda bisa menjadi jembatan antara warisan budaya dan zaman modern. Baik Prabu Jaya maupun Batik Arganta, keduanya lahir dari semangat yang sama, menjadikan batik sebagai identitas yang tetap hidup dan berkembang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *